Home

letter-to-god.jpg

by ita herdhani

Mataku buram tertutup air mata seusai membaca selembar surat dalam amplop dialamatkan kepada Tuhan yang kutemukan tergeletak di kotak surat sepulangku dari kantor. Terjawab sudah mengapa semenjak perceraianku dengan suamiku tiga bulan lalu, Ninot tampak menjadi anak yang sangat manis dan penurut. Padahal sebelumnya, ia adalah anak yang sangat nakal dan sulit diatur. Terjawab sudah kenapa ia sekarang rajin mandi sore tanpa disuruh mbak-nya dan langsung duduk manis di teras rumah menunggu papanya pulang kantor. Dadaku sesak membaca surat Ninot. Kasihan Ninot, rupanya ia beranggapan papanya tidak pulang lagi ke rumah karena kenakalannya selama ini. Egoku dan mantan suamiku dalam mengambil keputusan cerai selama ini kami anggap tidak akan terlalu berpengaruh pada Ninot yang tampak tak peduli dengan sekitarnya karena ia selalu sibuk bermain di luar rumah. Ninot buah hatiku yang baru duduk di bangku kelas 1 SD, ternyata tetap membutuhkan seorang papa. Satu hal yang tak kusadari bahwa setegar dan sekuat apapun aku menggantikan papanya, tetap wujud papa seutuhnyalah yang dibutuhkannya. Alasan beda prinsip dan tujuan hidup sangat lantang kami lontarkan dalam persidangan, tapi mama dan papa lupa, bahwa kaulah prinsip dan tujuan hidup itu. Maafkan kami Ninot.

(ps: magazine 107/january 2007)

Ini hanya cerita fiksi, tapi Saya yakin cerita ini bisa membuat semua orang tua yang sangat menyayangi anaknya akan menghela nafas sesaat bahkan meneteskan mata membacanya. Terinspirasi oleh maraknya perceraian yang menjadikan anak-anak sebagai korban yang tak mampu berbuat apa-apa, hanya hati penuh rindu dan pikiran penuh sesak dengan sejuta tanda tanya…  😦

3 thoughts on “A Letter To GOD

  1. Kepada Tuhan

    Trima kasih. .
    atas smua yg engkau brikan kpada anak mu ini. .
    dan anak mu ini. .
    Sngat Mnyesal. .
    atas smua yg anak mu ini lakukan .
    yg tentuny tdak brkenan dHati engkau Tuhan..
    Dan tolong bilang kepada papa . .
    Maaf kn aku..
    Dan tolong bilang kepada mama. .
    Maaf kn aku..
    Dan kepada TUHAN ku yg maha peMaaf..
    Maaf kn aku..

    Daniel

  2. Very touching,….dan baik sekali untuk dibaca mereka yang seolah hanya berfikir; “alam modern adalah alam menyuarakan kebebasan pendapat dan kebebasan alam pikiran”. Alam itu melayang untuk menuntut ke “aku”an atau prinsip2 yang tanpa kita sadari menyakitkan orang terdekat sekalipun.
    Setelah kubaca,…..aku terhenti sejenak dan terhenyak melihat teman anaku yang seorang diri kini,….dan terkadang hingga larut malam masih bermain dirumah karena sepinya,……

    • Thank you Wijsnu 🙂

      Saya terinspirasi dari pengalaman orang-orang di sekitar saya, tapi saya coba melihatnya dari kacamata anak-anak mereka. Saya hanya ingin “menyelami” hati anak-anak manis yang gundah itu. Mudah-mudahan anak-anak manis lainnya akan lebih dihargai setinggi langit, sehingga akan berpikir jutaan kali untuk menyakiti mereka.

      Have a great time with your family.

      Regards 🙂

Leave a comment